Opini

Pipa Mikropori Alternatif Batu Aerasi

Kurniawan Wahyu Hidayat

Oktober 15, 2019

Ikan patin (Pangasius djambal) adalah ikan asli indonesia, yang merupakan kerabat dekat dari patin Siam (Pangasius hypophthalmus) yang berasal dari Sungai Mekong. Seperti diketahui jenis ikan ini menjadi populer di dunia belakangan ini, dengan nama produk ikan dori. Kandungan lemak yang rendah dan rendah kolesterol menjadikan produk ini primadona bersaing dengan fillet ikan nila.

Baru-baru ini Indonesia melakukan ekspor perdana ikan patin ini ke Arab Saudi dengan target mencapai 540 ton. Hasil analisis proksimat daging ikan patin mengandung protein, lemak, karbohidrat, abu dan air 68,8 %, 5,8 %, 1,5 %, 5,0 %, dan 75,7 %.

Ikan patin Pasupati (Patin Super Harapan Pertiwi) (Pangasius sp.) adalah hasil hibridisasi patin siam (Pangasius hypopthalamus) betina dengan patin djambal (Pangasius djambal) jantan yang dikembangkan oleh peneliti di Balai Riset Pemuliaan Ikan Sukamandi. Ikan patin pasupati memiliki keunggulan daging berwarna putih dan pertumbuhanya relatif lebih cepat.

Pemeliharaan di Keramba Jaring Apung (KJA) patin pasupati mampu tumbuh dengan rerata pertumbuhan harian sebesar 1,12 gr/hari, dibandingkan dengan patin djambal 0,83 gr/hari. Namun demikian, pada masa pendederan-pembesaran jenis patin ini tidak toleran pada kondisi perairan yang kurang optimal dan dengan kadar oksigen terlarut rendah (3 mg.L-1). 

Berdasarkan BSNI (2009) ikan patin pasupati memerlukan DO (disolved oxygen) atau oksigen terlarut ditas 3 mg.L-1. Selama pendederan, larva patin membutuhkan konsentrasi oksigen terlarut > 3 mg.L-1.

Kebutuhan oksigen tergantung pada spesies, tahapan kehidupan, ukuran dan status kesehatan, kualitas air, tingkat pemberian pakan, dan tingkat respirasi bakteri. oksigen terlarut dapat dihasilkan melalui metode yang umum dipakai yaitu agitasi permukaan air (kincir) dan difusi udara melalui difuser aerator (batu aerasi), yaitu dengan memaksa udara melalui media berpori yang menghasilkan gelembung dengan jumlah banyak. Udara yang terdiri dari unsur nitrogen, oksigen dan gas lain akan berdifusi didalam air, sehingga dapat dimanfaatkan oleh ikan, melalui organ pernafasan insang.

Selama ini difuser yang umum digunakan adalah batu aerator, yang terbuat dari pasir kuarsa yang dilekatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai pori yang mampu dilewati udara dan menghasilkan gelembung dengan jumlah banyak. Gelembung tersebut yang berisi udara dimana salah satu unsurnya adalah oksigen (O2) berdifusi masuk atau larut kedalam air. Dalam penggunaanya difuser jenis batu aerasi memiliki masa pakai antara 8 bulan hingga 1 tahun, dengan ditandai menurunnya daya sebar udara yang dihembuskan ke badan air dan gelembung yang dihasilkan relatif lebih besar.

Ukuran gelembung mempengaruhi kelarutan oksigen di dalam air, semakin kecil dan rapat gelembung maka semakin cepat oksigen dapat larut di air. Sebaliknya gelembung dengan ukuran yang relatif besar lebih lambat dalam kelarutan oksigen. Hal terebut disebabkan permukaan yang bersentuhan antara fraksi udara dan fraksi air berbeda. Pada gelembung dengan ukuran kecil luas permukaan yang bersentuhan dengan air lebih luas dibandingkan dengan ukuran gelembung yang besar.

Penamaan gelembung berdasarkan ukurannya adalah mili-bubble untuk gelembung biasa dengan ukuran < 1mm, >1µm. Micro-bubble adalah gelembung dengan ukuran diantara 10 – 50 µm. Nano-bubble adalah gelembung dengan ukuran < 200 nm, jenis gelembung ini tidak terlihat nyata, hanya seperti asap di dalam air. 

Keunggulan dari gelembung jenis ini adalah, dapat bertahan lama didalam air, dan menyebar keseluruh badan air, dengan kata lain jenis gelembung ini dapat berpindah bukan hanya vertikal dengan badan air, namun juga secara horizontal. Tidak seperti jenis gelembung lain (mili-bubble dan micro-bubble), yang dalam waktu cepat mencapai permukaan air dan kemudian pecah.

Pipa mikro-pori adalah pipa yang terbuat dari karet yang memiliki ukuran pori sangat kecil (µm). Pipa ini jika dijadikan difuser mampu menghasilkan gelembung yang lebih kecil, sehingga mampu meningkatkan kadar oksigen terlarut. Uji lapang menunjukkan bahwa pipa mikro-pori jika diberi hembusan udara sebesar 90 mbar mampu menghasilkan gelembung dengan ukuran 30 – 90 µm. Uji serupa dilakukan pada batu aerasi biasa, menghasilkan gelembung dengan ukuran yang bervariasi antara 95 – 187 µm.

Oksigen yang dapat dihasilkan (generate) dari pipa mikro-pori adalah 4,9 – 7,6 mg L. Hasil dari batu aerasi adalah 3,7 – 6,5 mg L, dari hasil tersebut menggambarkan bahwa pipa karet mikro-pori mampu menghasilkan ukuran gelembung yang lebih kecil, dan meningkatkan kandungan oksigen dibandingkan dengan batu aerasi biasa.

Penggunaan pipa mikro-pori sebagai difuser pada budidaya ikan patin pasupati diharapkan dapat meningkatkan daya dukung lingkungan media pemeliharaan dengan meningkatkan oksigen terlarut, melalui produksi gelembung yang berukuran 30 – 90 µm. Pada saat ini ketersediaan pipa mikro-pori ini sudah banyak di pasaran, baik online maupun offline dengan kata kunci pencarian di marketplace “Selang Bubble Mikro”.

*Dosen Program Studi Budidaya Ikan

Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran

Source : http://trobosaqua.com/detail-berita/2019/10/15/48/12230/kurniawan-wahyu-hidayat-pipa-mikropori-alternatif-batu-aerasi-