Potensi Akuakultur di Pangandaran
Kurniawan Wahyu Hidayat
Juli 15, 2019
Pangandaran adalah kabupaten termuda di Provinsi Jawa Barat, kabupaten ini lahir berdasarkan UU nomor 21 Tahun 2012. Pada peta Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Pangandaran terletak di sebelah tenggara dengan perbatasan wilayah, Wilayah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah barat dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah timur dengan Provinsi Jawa Tengah, dan sebelah selatan dengan Samudera Indonesia.
Luasan wilayah Kabupaten Pangandaran 101.092 Ha secara keseluruhan. Bentang alam Kabupaten Pangandaran sangat beragam, mulai dari pegunungan hingga ke pantai. Wilayah Pangandaran terdiri dari 10 Kecamatan dengan total 93 Desa. Pangandaran memiliki garis pantai sepanjang 91 km yang terbentang di sebelah selatan melewati enam Kecamatan.
Potensi Akuakultur
Akuakultur di Kabupaten Pangandaran memiliki potensi yang cukup besar. Potensi perikanan air tawar lebih besar dibandingkan air payau dalam bentuk tambak. Sub sektor budidaya perikanan dibagi menjadi budidaya air tawar, air payau, dan laut. Budidaya air tawar dibagi lagi menjadi budidaya sawah dengan potensi sebesar 16.426 Ha, budidaya kolam air tenang seluas 136,62 Ha. Untuk budidaya air payau yang dilakukan di tambak mempunyai potensi budidaya seluas 61,99 Ha.
Jenis-jenis budidaya yang ada di Kabupaten Pangandaran terdiri atas budidaya kolam air tenang, keramba jaring apung dan tambak. Tiap jenis budidaya memiliki perbedaan dan pengelolaan yang tidak sama dengan budidaya jenis budidaya yang lain.
Budidaya ikan di kolam air tenang hampir tersebar di seluruh kecamatan, sedangkan budidaya air payau (tambak) hanya terdapat di Kecamatan Cimerak, Cijulang, Parigi, Sidamulih, Pangandaran, dan Kalipucang. Sedangkan budidaya air laut terdapat di Kecamatan Pangandaran dan Parigi tepatnya di desa Karangjaladri. Komoditas yang dibudidayakan adalah kerapu macan dan kakap putih atau baramundi.
Komoditas akuakultur yang dikembangkan di Kabupaten Pangandaran sangat beragam, dengan persebaran pada daerah bagian utara didominasi oleh ikan-ikan air tawar antara lain gurami (gurame), nila, mas, dan nilem. Daerah selatan yang cenderung payau – asin didominasi oleh ikan nila, udang vanname, kakap putih /baramundi dan kerapu macan.
Di beberapa daerah gurame menjadi primadona komoditas perikanan air tawar, hal ini dikarenakan selain harga jual dagingnya yang relatif lebih tinggi dari jenis ikan lain, telur gurame juga mampu dijadikan penghasilan sampingan pembudidaya. Seiring adanya wabah penyakit menjadikan minat pembudidaya untuk mengusahakan komoditas ini sedikit menurun. Meningkatnya pamor ikan patin dan rencana industrialisasinya yang digaungkan pemeritah, menarik minat pembudidaya untuk mencoba mengusahakan ikan patin sebagai komoditas andalan yang baru.
Desa Kertayasa adalah sebuah desa di Kecamatan Cijulang, desa ini memiliki sumber air bersih yang melimpah, selain bercocok tanam padi, masyarakat desa kertayasa juga memelihara ikan sebagai sumber penghidupannya. Melalui Pokdakan Kawungsari sedang diupayakan menjadikan Desa Kertayasa sebagai sentra produksi patin di Pangandaran.
Sarana Pendukung
Salah satu infrastruktur yang dibangun guna meningkatkan sub sektor budidaya adalah pembangunan embung yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Embung seluas 4,1 hektar tersebut dibangun dengan tujuan konservasi, penampungan air untuk mitigasi bencana terutama banjir, kegiatan pariwisata, dan untuk kegiatan akuakultur.
Konsep yang diusung dalam pengembangan embung ini adalah budidaya berbasis ekosistem, dimana ikan yang ditebar akan tumbuh secara alami di embung, yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, kemudian masyarakat diharapkan menyisihkan sebagian dari hasil panennya untuk ditebar kembali di embung, begitu seterusnya sehingga ekosistem embung dapat terjaga, dan kegiatan perikanan budidaya di embung bisa terus berlanjut.
Satu lagi infrastruktur yang dibangun untuk mendukung sektor perikanan khususnya sub sektor budidaya di Kabupaten Pangandaran, yaitu pabrik pakan ikan skala medium. pabrik pakan yang dibangun pada lahan seluas 7.000 meter persegi dirancang untuk memproduksi pakan terapung dengan kapasitas optimum 1 – 1,2 ton per jam atau mampu mensuplai kebutuhan pakan optimal minimal 3.450 ton per tahun.
Politeknik Kelautan dan Perikanan
Menurut konsep human capital, modal yang paling dasar adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Infrastruktur tidak dapat optimal jika SDM yang menangani tidak kompeten. Lahirnya Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran diharapkan mampu menghasilkan SDM yang kompeten dalam mengelola potensi kelautan dan perikanan yang ada di Kabupaten Pangandaran pada khususnya.
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran memiliki tiga Program studi yaitu Budidaya Ikan (BDI), Pengolahan Hasil Laut (PHL) dan Teknologi Kelautan (TKL). Perguruan tinggi dib awah Kementerian Kelautan dan Perikanan ini mengusung konsep pendidikan karakter yang holistik, berasrama, dan beasiswa.
Pendidikan vokasi DIII (Diploma tiga) dengan kurikulum berbasis kompetensi 30 % teori dan 70 % praktik. Hal ini memungkinan lulusannya untuk langsung berkiprah di dunia kerja baik sebagai wirausaha, maupun sebagai supervisor-pelaksana di sektor swasta maupun pemerintah.
*Dosen Program Studi Budidaya Ikan
Politeknik Kelautan dan Perikanan Pangandaran